Monday, May 4, 2009

Soeharto Part I



Pria yang satu ini lahir dari seorang wanita yang bernama Sukirah pada tanggal 8 Juni 1921 di rumah orang tuanya yang sederhana, di desa Kemusuk, dusun terpencil di daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat kota Yogyakarta.


Ayahnya bernama Kertosudiro adalah ulu-ulu, petugas desa pengatur air yang bertani diatas tanah lungguh, tanah jabatan selama beliau memikul tugasnya itu. Beliau yang memberi nama Soeharto.


Dari istri yang pertama Kertosudiro mempunyai dua anak, sebagai duda Kertosudiro kemudian menikahi ibu Soeharto yang menjadikan Soeharto sebagai anak ketiga dari pernikahan tersebut, tetapi saat Soeharto lahir dari buah cinta pasangan tersebut, Kertosudiro dan Sukirah pun bercerai karena tidak serasi. “papar Soeharto”.


Beberapa tahun kemudian Ibu Sukirah pun menikah lagi dengan seseorang yang bernama Atmopawiro dan pernikahan tersebut mendapatkan empat orang anak sementara Kertosudiro pun menikah lagi dan mendapatkan empat anak juga.


Pada Oktober 1974 di sebuah majalah ada yang menulis bahwa Soeharto adalah keturunan ningrat maka Soeharto lantas menyuruh Dipo (G. Dwipayana) membantah tulisan tersebut dan bantahan tersebut harus di muat di majalah dan surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Tetapi sepertinya itu dirasakan tidak cukup bagi Soeharto, maka selang sehari Soeharto pun memerintahkan para wartawan berkumpul di Bina Graha, di kamar kerja nya.


Soeharto ingin secara pribadi menjelaskan silsilah keluarganya, di depan wartawan dalam dan luar negeri beliau membeberkan bahwa dia bukan keturunan ningrat. “Saya adalah keturunan Bapak Kertosudiro atau Kertorejo, ulu-ulu yang secara pribadi tidak mempunyai sawah sejengkal pun. Saya berterus terang, di dalam menghadapi kehidupan sewaktu saya kecil, saya mengalami banyak penderitaan yang mungkin tidak dialami oleh orang lain. “papar Soeharto”


Beliau mengatakan bahwa tulisan-tulisan yang tidak benar mengenai silsilahnya mungkin bisa ditafsirkan yang tidak-tidak atau mungkin bisa memberikan bahan-bahan yang bukan hanya membuat nya rugi tapi juga keluarga dan leluhur-leluhur beliau dan mungkin juga sampai pada bangsa dan Negara Indonesia. Dalam bahasa jawa ada pepatah “sadumuk bathuk, sanyari bumi” sekalipun hanya di dumuk, tapi batuknya, berarti mengenai harga diri keluara dan pribadinya.

Sumber : Soeharto, Pikiran,Ucapan dan Tindakan Saya
Sumber Foto : rumametmet.com/?m=20080205